"Tidak banyak yang mengetahui kalau Istana Kepresidenan
Yogyakarta terbuka untuk kunjungan wisata."
Demikian pernyataan menarik yang disampaikan oleh Syaiful selaku pengelola Gedung Agung, ketika berbincang dengan Masyarakat Advokasi Warisan Budaya (Madya), Jum’at pagi (10/1/2014).
Faktanya, Istana Kepresidenan di kawasan Titik Nol-Malioboro itu agaknya tertutup rapat dari kunjungan masyarakat umum, walaupun di luar
batas pagar halaman, pejalan kaki tak pernah sepi. Namun menurut pengelola
Gedung Agung, sebenarnya masyarakat boleh kapan saja datang berkunjung (kecuali ada tamu negara), asalkan bersedia mematuhi aturan-aturan resminya;
1. Beberapa hari
sebelum melakukan kunjungan wajib meminta ijin kepada pihak pengelola
gedung agung. Jelaskan siapa dan berapa orang yang akan menjadi peserta jelajah
gedung agung
2. Berpakaian
sopan; jangan memakai sandal atau celana pendek dan kaos oblong. Tapi
diperbolehkan memakai pakaian adat lengkap dari daerah
3. Pengunjung tidak
diperkenankan memotret sampai ke dalam ruang Gedung Agung. Batasan mengambil
gambar berada di luar gedung atau sekitar lapangan rumput depan Serambi Istana,
tempat diletakkannya sebuah monumen batu andesit atau “Dagoba”.
Batu Dagoba berasal
dari desa Cupuwatu di daerah Prambanan. Dagoba melambangkan kerukunan umat
beragama. Selain Dagoba juga terdapat 62 aca Budha, Siwa, dan lain-lain di
sudut-sudut halaman gedung agung.
Jelajahi Gedung Agung, Yuk!
Belanda membangun Gedung Agung pada tahun 1823. Pada tahun
1946 Gedung Agung menjadi pusat pemerintahan Republik Indonesia setelah
Presiden Soekarno dan Wapres Bung Hatta memindahkan Ibukota dari Jakarta ke
Jogja. Pada saat itu situasi negara kembali genting akibat masih
bercokolnya tentara Belanda di Indonesia dan melakukan agresi militer.
Namun demikian untuk selanjutnya, memang fungsi utama
Gedung Agung adalah pusat peristirahatan Presiden dan para pendampingnya, juga
tamu-tamu negara saat menjalankan kunjungan kerja di Jogja.
Saat menjelajahi Gedung
Agung, pengunjung tidak akan sendiri saja. Sudah siap beberapa petugas keamanan
dan pemandu untuk menjelaskan latar sejarah sampai fungsi setiap sisi ruangan
bagi aktifitas kunjungan kerja presiden.
Kunjungan akan
dimulai dari Ruang Garuda, pertengahan gedung utama. Ruang ini dipergunakan
Kepala Negara untuk melakukan pembicaraan resmi dengan tamu-tamunya. Ada tiga
rangkaian lampu kaliander beserta permadani berwarna merah. Beralih ke ruang
lain adalah ruang Soedirman di sebelah kanan ruang Garuda. Dari sinilah
Jenderal Soedirman berangkat bergerilya. Kini Ruang Soedirman menjadi ruang
duduk tamu pada acara-acara bersifat umum.
Dari sekian banyak
ruang bersejarah, pastilah ruang ini paling menarik bagi pengunjung. Museum.
Ada berbagai karya seni rupa bersejarah disini, seperti lukisan karya para
maestro lukis Indonesia, antara lain Basuki Abdullah dan Sudjojono. Ingatlah,
peraturan selama berada di ruang museum adalah pengunjung dilarang memotret dan
menyentuh seluruh karya.
Nah, setelah
mengetahui jika Gedung Agung terbuka bagi pengunjung, anda bisa beramai-ramai
datang mulai hari Senin sampai Jumat pada jam kerja, mulai pukul 08.00 WIB.
Tidak ada pungutan
biaya masuk, hanya saja perlu dipatuhi seluruh peraturan tadi, dan ingat, jagalah kebersihan
lingkungan di kawasan cagar budaya dan sejarah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar