Senin, 30 Maret 2015

Yuk, Wisata Sejarah Ke Gedung Agung Yogyakarta!

"Tidak banyak yang mengetahui kalau Istana Kepresidenan Yogyakarta terbuka untuk kunjungan wisata."

Demikian pernyataan menarik yang disampaikan oleh Syaiful selaku pengelola Gedung Agung, ketika berbincang dengan Masyarakat Advokasi Warisan Budaya (Madya), Jum’at pagi (10/1/2014).



Faktanya, Istana Kepresidenan di kawasan Titik Nol-Malioboro itu agaknya tertutup rapat dari kunjungan masyarakat umum, walaupun di luar batas pagar halaman, pejalan kaki tak pernah sepi. Namun menurut pengelola Gedung Agung, sebenarnya masyarakat boleh kapan saja datang berkunjung (kecuali ada tamu negara), asalkan bersedia mematuhi aturan-aturan resminya;

1. Beberapa hari sebelum melakukan kunjungan wajib  meminta ijin kepada pihak pengelola gedung agung. Jelaskan siapa dan berapa orang yang akan menjadi peserta jelajah gedung agung

2. Berpakaian sopan; jangan memakai sandal atau celana pendek dan kaos oblong. Tapi diperbolehkan memakai pakaian adat lengkap dari daerah

3. Pengunjung tidak diperkenankan memotret sampai ke dalam ruang Gedung Agung. Batasan mengambil gambar berada di luar gedung atau sekitar lapangan rumput depan Serambi Istana, tempat diletakkannya sebuah monumen batu andesit atau “Dagoba”. 

Batu Dagoba berasal dari desa Cupuwatu di daerah Prambanan. Dagoba melambangkan kerukunan umat beragama. Selain Dagoba juga terdapat 62 aca Budha, Siwa, dan lain-lain di sudut-sudut halaman gedung agung. 



Jelajahi Gedung Agung, Yuk!

Belanda membangun Gedung Agung pada tahun 1823. Pada tahun 1946 Gedung Agung menjadi pusat pemerintahan Republik Indonesia setelah Presiden Soekarno dan Wapres Bung Hatta memindahkan Ibukota dari Jakarta ke Jogja. Pada saat itu situasi negara kembali genting akibat masih bercokolnya tentara Belanda di Indonesia dan melakukan agresi militer. 

Namun demikian untuk selanjutnya, memang fungsi utama Gedung Agung adalah pusat peristirahatan Presiden dan para pendampingnya, juga tamu-tamu negara saat menjalankan kunjungan kerja di Jogja. 

Saat menjelajahi Gedung Agung, pengunjung tidak akan sendiri saja. Sudah siap beberapa petugas keamanan dan pemandu untuk menjelaskan latar sejarah sampai fungsi setiap sisi ruangan bagi aktifitas kunjungan kerja presiden. 

Kunjungan akan dimulai dari Ruang Garuda, pertengahan gedung utama. Ruang ini dipergunakan Kepala Negara untuk melakukan pembicaraan resmi dengan tamu-tamunya. Ada tiga rangkaian lampu kaliander beserta permadani berwarna merah. Beralih ke ruang lain adalah ruang Soedirman di sebelah kanan ruang Garuda. Dari sinilah Jenderal Soedirman berangkat bergerilya. Kini Ruang Soedirman menjadi ruang duduk tamu pada acara-acara bersifat umum.

Dari sekian banyak ruang bersejarah, pastilah ruang ini paling menarik bagi pengunjung. Museum. Ada berbagai karya seni rupa bersejarah disini, seperti lukisan karya para maestro lukis Indonesia, antara lain Basuki Abdullah dan Sudjojono. Ingatlah, peraturan selama berada di ruang museum adalah pengunjung dilarang memotret dan menyentuh seluruh karya.

Nah, setelah mengetahui jika Gedung Agung terbuka bagi pengunjung, anda bisa beramai-ramai datang mulai hari Senin sampai Jumat pada jam kerja, mulai pukul 08.00 WIB.

Tidak ada pungutan biaya masuk, hanya saja perlu dipatuhi seluruh peraturan tadi, dan ingat, jagalah kebersihan lingkungan di kawasan cagar budaya dan sejarah!

Peserta jelajah warisan budaya/dok. Madya